Kata-kata yang tersulit diungkapkan untuk Mama...
Handphoneku berdering dengan nada dering suara spongbob yang berbunyi, "kring... kring... kring... Patrick dengar aku, ini aku, Spongbob. aku butuh bantuanmu..." berulang sebanyak tiga kali. menyadarkanku dari lamunanku yg sedang stress memikirkan untuk mencari pekerjaan yg baru sambil mengenggam stick Gery Chocolatos yang baru sekali ku gigit. Entah kenapa beberapa minggu belangkang ini aku selalu merasa kaget dan takut ketika hpku sendiri berdering. aku bahkan seperti seseorang tersangka yang telah membunuh orang saja pada saat itu. tapi yang kutakut bukanlah takut akan ditelepon polisi, pihak penyelidik atau pun keluarga korban dalam sebuah kasus pembunuhan.
Tapi, karna aku bosan dengan pekerjaanku yang terlalu banyak dan memusingkan, juga sejumlah masalah keluargaku dikampung. aku tau handphone yang berdering ini pasti akan menambahkan satu masalah lagi buatku. sebelum ku lihat siapa nama org sedang memanggilku aku sudah menduga itu pasti bos ku yg mungkin mau memarahiku karna beberapa hari ini kerjaanku tak becus, atau custumer langgananku yg akan menanyakan harga barang atau komplenan produk dari toko-toko terdekat atau kalo enggak ibuku yang meminta duit.
segera ku lihat nama dihandphone yg terletak diatas meja kerjaku.
"The supermama is my super hero" (itu adalah nama ibuku untuk nomornya dihandphoneku yang ku save sejak SMP dulu, karna dulu dia superhero buatku)
Salah satu dugaanku benar...
duit... pasti duit pikir ku...
aku malas mengangkat telepon mama ku hingga ku biarkan panggilan itu terputus sendirinya. lalu kembali berdering lagi
"kring... kring... kring... Patrick dengar aku, ini aku, Spongbob. aku butuh bantuanmu..." lalu kuangkat dengan terpaksa.
"halo..."sapa ibuku dalam telepon itu.
"halo..." jawabku.
"poe..." panggil ibuku menyebut nama panggilanku.
"ya ma...”
“kamu masih ingatkan uang kontrakan toko kita kemarin masih sisa 5juta. kata tuan rumahnya bulan depan harus bayar semuanya"
"hah... bulan depan ya? ya udah..." kataku tak punya pilihan karna kutau itu kewajibanku untuk membayarnya sesuai perjanjiannya memang aku harus membayar sisa kontrakan itu setelah 6bulan kontrak yang sebelumnya telah kubayar dimuka 10juta.
"oh iya... uang sembayang kubur yang kamu kirim minggu kemarin udah mama pake buat sembayang kubur papamu dan upacara 100 hari kematian koko kamu. itu pun ga cukup. mama tambahin pake uang mama sendiri... kamu tau sendiri lah... sampai2 uang mama juga habis" jelas ibuku. aku hanya sesekali meng iyakan apa yg dikatakannya.
"ya udah... oh ya ma, itu uang bikin nisan kuburan masih kurang 3jutaan kan? nanti saja ya poe pikirkan..." kataku sedikit kecewa, karna uang yang seharusnya kukirimkan bulan ini adalah uang untuk membangun kuburan koko (panggilan untuk saudara laki-laki dikeluarga tionghua), yang arsitekturnya dipilih oleh mamaku. padahal masih ada pilihan untuk batu nisan yang lebih murah, tapi mamaku malah memilih yg lebih baik meski lebih mahal untuk orang yang sudah mati. bagiku orang yang sudah mati, apa pun sudah tidak ada dan ikut mati. tapi pemikiran mamaku yang keras itu berbeda. dia bilang kita harus mempersembahkan yg terbaik untuk terakhir kalinya kepada orang kita sayangi. iya sih.., kalo keluarga kami keluarga yang kaya. Tapi kan kami orang miskin. sudah sering kusuruh dia pilih nisan yang paling murah saja sesuai ekonomi kita. tapi mamaku yg keras kepala tetap pendiriannya.
"poe..."kata ibuku.
“Apa?” Tanyaku kesal.
“mama sekarang lagi butuh uang 1.5jt nieh… buat pembayaran listrik kita yg udah tertunda selama 3 bulan berturut-turut”
“aduh… makanya pembayaran listrik jangan ditunda-tunda sampe numpuk gitu… aku mana ada duit segitu. Kan duitnya abis kirim kemarin”
“aduh kalo mama ga bayar setelah 3 bulan, ntar lampu kita bisa dicabut PLN loe…! Ntar gimana rental bylliard kita?”
“sapa suruh mama ga bayar per bulan. masa mama buka meja Bylliard ga bisa usahain bayar listrik sih… masa mau semuanya poe yang tanggung?”
“ya ampun… masa kamu ga bisa tau pengeluaran mama, adek kamu mau makan, abang kamu mau makan. Itu juga pas-pasan buat makan dan belanjaan rumah.”
“aduh…mending ga usah tlep poe deh…
Poe ga tau mesti gimana lagi… poe belum gajian dan gak punya uang!”
“atau kalau ngga ada 1,5 jt. 1jt aja juga ga apa-apa… tolong usahain pinjamin buat mama dunk… pinjam ama bos kamu aja dulu… atau siapa kek! Mama udah janji ama tukang nagih listrik soalnya.”
“mank pinjam duit ama orang ga usah bayar? Poe ga mau! Ntar juga gaji poe yang dipotong. Poe ga tau ah… mama pikir sendiri ajah…” aku langsung menutup telepon itu dan langsung menon-aktifkan handphoneku itu, lalu kulemparkan handphone ke tumpukan kertas bon diatas mejaku, lalu kulanjutkan gigitanku berikutnya pada cemilan Gery Chocolatosku dengam muka yang gosong.
Aku sangat kesal setengah mati dengan keadaan seperti sekarang ini. Rasanya aku ingin teriak sekencang-kencangnya.
Kenapa mamaku tidak bisa berpikir seberapa besarkah gajiku...
Kenapa permintaan dia selalu lebih besar melebihi gaji yang aku dapatkan?
Tidakkah dia tahu bahwa aku juga perlu uang untuk keperluanku sendiri.
Sudah beberapa kali aku cashbon uang dengan bos aku hanya buat keperluan keluargaku. Dengan cara pembayaran cicil setiap bulan gajiku dipotong untuk sedikit demi sedikit melunasi utangku oleh bos.
Tidak pernahkan dia menelpolku bukan hanya untuk keperluan uang, uang dan uang…
Konsentrasiku sudah tidak ada lagi dalam kerjaanku. Bahkan ada beberapa langgananku menanyakan harga produk aku mengacuhkannya. Rasanya aku ingin sendiri dalam sebuah ruangan putih terang agar aku bisa menenangkan jiwa dan pikiranku hingga kembali normal.
Aku sudah hidup dalam keadaan yang tidak normal ini,
Aku seperti orang yang menderita penyakit Stress Ganas stadium 4.
Oh tuhan sembuhkan aku,…
Aku benci keadaan ini…
Tapi aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku, pada hal rasanya aku sudah tidak tahan duduk ditempat kerjaku yang berisik dan penuh keramaian mall. Tapi rekan-rekan kerjaku selalu memahamiku, jikalau aku lagi dalam masalah aku bahkan tak mau diganggu, biasanya mereka yang sedikit saja bertanya padaku disaat seperti ini maka mereka akan mendapatkan jawaban yang sangat tidak memuaskan.
Yaitu aku akan memarah-marahi mereka dengan teriakan keras. Mereka bahkan sudah hafal tanda-tanda sebelum penyakitku kambuh, mereka akan berbisik seperti ini
“DANGER!!! DON’T DISTURB! LAGI JADI MACAN”
Kata mereka kata-kata itu tertulis dikeningku pada saat aku sedang emosi tingkat tinggi.
Emosi tingkat tinggi itu adalah kebiasaan terburukku yang ingin aku ubah. Tapi sungguh sulit, Aku seperti orang yang berdarah tinggi, pada saat emosi tidak bisa ada yang menggangguku, karna jika itu terjadi maka darahku langsung mendidih.
Tapi kali ini aku berusaha untuk mengendalikan emosiku ini dengan membuka situs internet yang ada dikomputer meja kerjaku. Tidak sengaja aku melihat blog penulis favoritku yaitu Agnes Davonar yang mengadakan lomba menulis cerpen dengan tema “1000 kisah tentang ibu”
Aku memang sangat suka menulis, Karna itu adalah bagian cita-citaku.
Tapi begitu aku melihat tema ibu, langsung membuatku malas untuk ikuti perlombaan ini. Pasti semua orang dapat menceritakan kehebatan dan kebaikan ibu mereka yang dapat mereka banggakan. Sedangkan ku tidak punya inspirasi sama sekali dengan ibuku untuk diceritakan. Mengingat ibuku saja sudah membuatku pusing.
Besok paginya aku berhenti bekerja,
Aku tidak mau berkerja ditempat itu lagi. Meski pun gajinya lumayan buatku, tapi yang aku tidak tahan adalah aku berkerja satu harian disitu setiap hari, 30 hari sebulan tanpa OFF atau libur. selain pusing dan rumit aku juga merasa capek yang amat sangat.
Aku ingin mencari pekerjaan lain, meski pun keputusan berhenti kerja yang terlalu cepat pada hal aku masih belum menemukan pekerjaan baru. Tapi sebenarnya aku sudah lama ingin menganti pekerjaan ini, sebab aku tidak cocok dan tidak menyukai pekerjaan sebagai Sales Produk yang sekalian accounting, dan sekali gus kepala toko yang bertanggung jawab atas semua keamanan produk dan karyawan disitu.
Aku masih meng-non-aktifkan handphone dan mengurungkan diri dikamar sampai beberapa hari, aku terus kupikirkan jalan keluar semua masalahku dengan terus menerus mengemil Stick Gery kesukaanku yang biasanya membuatku cepat menghilangkan stress.
Aku bahkan sekali-sekali teringat dengan ibuku yang pastinya akan terus menghubungi no handphoneku. Tapi aku tak peduli. Aku lelah memikirkan masalah uang yang sepertinya hanyalah jalan buntu buatku.
Ibu… ibuku…
Ibu… apa yang bisa aku ceritakan untuk suatu cerita yang menarik tentang ibu??? ibuku tidak seperti ibu-ibu temanku yang lain, ibu yang selalu memikirkan keperluan anaknya.
Ketika SMA aku bahkan selalu iri melihat ibu sahabat-sahabatku yang selalu mempedulikan keperluan sahabatku, bahkan dia peduli padaku seperti aku anaknya. Dia selalu menyuruhku makan, mandi dan menjaga kesehatanku. Dia perhatian kepadaku. Aku juga ingin memiliki ibu seperti itu, yang ramah, perhatian, dan rendah diri. Yang paling membuat aku iri adalah setiap kali hujan pada saat ketika pulang sekolah dulu, ketika semua teman-temanku dijemput oleh ibunya.
Ada ibu yang membawakan anaknya payung, ada yang menjemput dengan mobil, motor, ada yang dibawain jas hujan agar tubuh anak-anak mereka tidak kedinginan hingga sakit. Bahkan ketika hujan seperti ini semua handphone teman-temanku akan berdering yaitu panggilan dari orang tua mereka yang menyuruh anak mereka untuk tidak pulang dibawah hujan deras. Mereka satu per satu yang menunggu dicoridor halaman kelas, dijemput satu per satu, hingga akhirnya tinggal aku sendiri, aku tau memang tidak ada yang bisa kutunggu atau pun yang menjemputku. Tapi aku hanya ingin memperhatikan hangatnya kasih sayang mereka didinginnya hujan deras disore hari, hingga akhirnya aku pulang dibawah hujan deras yang sangat dingin itu yang terus berjatuhan membasahi tubuhku dan membekukan sel-sel darahku. Aku tau ibuku bukan tidak tahu hari sedang hujan, hanya saja ibuku tidak punya mobil yang hangat untuk menjemputku atau pun motor yang cepat agar aku cepat sampai dirumah, atau membawakan payung karna sekolahku lumayan jauh dari rumah.
Aku sadar keluargaku miskin…
Tapi minimal… tidak bisakah ibuku miss called 1 kali saja dihandphoneku pada saat itu… lupakah ibu denganku atau terlalu sibukkah dia.
Ibu ku adalah seseorang wanita yang sangat keras kepala, selalu merasa paling tua dan paling pengalaman, Kalau lagi ngomong selalu dia yang paling benar dan tidak mau kalah, satu lagi gengsi dia sangat besar. Dia tidak mau kelihat tidak bisa melakukan sesuatu. Dia selalu berani, meski pun dia tidak yakin bisa mengerjakan sesuatu, tapi kalau disuruh orang mengerjakan sesuatu dengan bayaran setimpal pasti dia bilang bisa, meski belum yakin dia tetap melakukannya sambil belajar.
Itulah keberanian dia yang mungkin bisa kubanggakan.
Selain itu ibuku adalah single parent yang sangat pekerja keras dan rajin untuk membesarkan semua saudara-saudaraku.
Tapi semua saudara-saudaraku juga merasakan hal yang sama sepertiku.
Tidak bisa melihat sifat mamaku yg keras kepala, boros, suka shopping kosmetik dan perhiasan mahal dan seringnya meminta uang kepada kami.
Aduh… bukannya kami sebagai anak-anaknya tidak sayang kepadanya. Tapi memang kami sendiri masih susah dalam memperjuangkan ekonomi kami masing-masing.
Aku pusing dengan masalah keluargaku, aku tidak suka pekerjaanku yang amat membuatku lelah dan pusing. Aku ingin menghentikan semua ini…
Aku bahkan tidak memiliki seorang sahabat atau pacar yang bisa mendengarkan keluh kesahku. jangankan pacaran, untuk biaya pengiriman uang buat keluargaku sudah amat membuatku tidak karuan. Untuk itulah aku belum memutuskan untuk pacaran.
Sebagai seorang pemuda yang berumur 20 tahun harusnya aku masih kuliah seperti teman2ku.
Tapi aku tidak seberuntung seperti yang lain. Mereka dapat kuliah karna orang tua mereka memang merencanakan dan menabung untuk biaya kuliah anak-anak mereka dari jauh-jauh hari. Sebab mereka tau biaya kuliah pada saat ini sudah sangat mahal.
Aku sangat ingin kuliah seperti mereka, bahkan teman-temanku yang punya uang kuliah saja masih banyak yang terpaksa kuliah karna kemauan orang tua mereka.
Sedangkan aku yang ingin sekali tapi malah harus bekerja dan merantau dikota besar asing yang jauh dari kampung halaman. Aku harus membanting tulang untuk sesuap nasip dihidupku. Dengan pekerjaan yang berresiko dan bertanggung jawab yang amat besar untuk anak seumuranku.
Menjadi tulang punggung keluarga ternyata memang sangat tidak enak, setelah ayahku meninggal 10 tahun yang lalu, memang kokoku yang terus berkerja untuk membantu ekonomi keluarga tapi setelah aku lulus SMA aku pun mulai berkerja bersama kokoku di satu tempat kerja yang sama. Kokokulah yang membawa aku berkerja disini. Kokoku keduaku ini adalah pahlawan yang selalu ingin aku banggakan, dulu ketika aku sekolah dia banyak membantu membiayaiku. Dialah yang selalu memnyadarkanku bahwa kami adalah orang tionghua miskin ketika aku lupa diri bergaul diantara teman-temanku yang kaya atau ketika aku meminta kokoku membelikan sesuatu. Dia sering menceritakan mimpi-mimpi dia untuk membawa keluarga kami keluar dari garis kemiskinan dan mengajakku untuk terus berkerja keras.
Awal itu….
Aku sangat bersemangat bekerja dangan dukungan kokoku disampingku setiap hari. Setiap bulan dia memberikan setengah gajinya kepadaku dan ditambah setengah gajiku untuk dikirim pulang kekampung yaitu untuk segala keperluan ibuku atau pun kontrakan.
Dia cerita banyak kepadaku, katanya dia mau terus bekerja hingga gajinya lebih besar lagi, nanti dia mau mengontrak rumah yang lebih besar dan mengajak adikku dan ibuku untuk tinggal bersama. Karna dia sangat ingin keluargaku berkumpul seperti dulu. Begitu juga inginku…
Kami berjuang disini untuk mimpi-mimpi itu.
Tapi Tuhan tidak memeluk mimpi kokoku itu, akhirnya setelah satu tahun kami bekerja sama. kokoku jatuh sakit hingga akhirnya dia harus pulang kampung dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Disana dia dirawat oleh ibuku.
Dia terkena penyakit flek paru-paru yang disebut Tubercolosis atau yang disebut TBC. Karena harus perawatan dan minum obat secara teratur selama lebih dari 6bulan-9bulan maka dia diharuskan untuk berhenti berkerja. Penyakit yang menyiksanya setiap hari, dia harus batuk-batuk setiap hari sampai dadanya sesak dan sakit, bahkan akhir-akhir itu batuknya sering mengeluarkan dahak darah.
Semenjak itu aku menjadi tulang punggung keluargaku dan berkerja sendiri, aku terus berdoa agar Tuhan cepat-cepat menyembuhkan kokoku. Dia masih sering menelponku dan berjanji untuk sembuh dan kembali melanjutkan mimpinya bersamaku. Karena hal yang terbesar yang ingin dia wujudkan adalah membahagiakan ibu kami.
Setelah setengah tahun dia sembuh total dan ketika dia memutuskan untuk datang kesini untuk berkerja, akhirnya ia jatuh sakit lagi hingga lebih parah, semakin hari kondisinya semakin mengkhawatirkan dan ternyata dia bukan hanya sakit tubercolosis tapi dia juga terinfeksi paru-paru dari akibat merokok yang disebut tumor paru-paru. Dan akhirnya 6 bulan dia bertahan dengan penyakit yang membuat seluruh tubuhnya sakit setiap hari, lalu ia pun meninggal dunia, baru sekitar 3 bulan yang lalu.
Koko yang selalu aku banggakan telah tiada, semangat kerjaku hilang, aku menjadi tidak menyukai pekerjaan, kehidupan, membenci masalahku dan mengugat Tuhan yang tak adil terhadap keluargaku. Sudah tahu keluargaku susah, bukannya sembuhkan kokoku eh malah ambil kokoku.
Ditempat kerja, pekerjaanku memang tampak santai disebuah toko swasta didalam gedung sebuah mall didepok.
Tapi tidak tau kenapa rasanya pekerjaanku membuat aku sibuk satu harian dengan tugas satu persatu yang harus diselesaikan. Kalau bisa digambarkan beban kepala yang ku bawa setiap hari seperti iklan sebuah rokok, pasti bebannya akan terlihat seperti balon yang sangat besar, kira-kira sebesar rumah. Yang membuat aku keberatan beban hingga kalau aku berjalan rasanya aku sendiri mau tertumbang.
Aku mau lari dari semua masalahku, tapi ketika aku singgah ketempat temanku sebentar, aku bertemu dengan seorang peramal yang katanya art phisycolog magic. Dia meramalku hanya dengan melihat tanda-tanda yang ada ditubuhku. Dari mukaku dia melihat banyak masalah yang sedang kupikirkan.
Dia pun menyarankanku agar aku tidak boleh ragu untuk mengambil keputusan, jika aku yakin dengan satu peluang bisnis, lakukanlah dengan serius, maka aku akan sukses disitu. Dan dia berkata tentang jodohku, katanya ada seorang wanita dewasa yang memperhatikanku tetapi aku tidak menanggapinya, itu tidaklah menjadi pikiranku, yang menjadi pikiranku adalah ketika dia menyuruhku membalikan badan dan melihat ada berapa taik lalat yang dibelakang leherku. Dia menghitungnya dan berkata.
“Kamu memikul 3 tanggungan keluarga dari 3 taik lalat dan menyuruhku untuk lebih giat bekerja”
“tidak bisakah tanggung jawab ini ku lepaskan? Lalu aku harus bagaimana pak?”Tanyaku serius.
“itu adalah takdir yang tidak bisa kita hindari… kamu harus lebih berkerja keras lagi untuk keluarga kamu” kara peramal itu terakhir.
setelah 3 hari akhirnya aku mencoba menghidupkan handphone dan mencoba menghubungi semua teman-temanku yang ada di jabodetabek untuk menanyakan pekerjaan. Satu per satu ku sms dengan harapan yang sangat besar untuk mendapatkan pekerjaan yang aku suka dan cocok. Tapi dari semua yang kuhubungi masih belum ada jawaban yang pasti untukku. Aku kembali memikirkan kira-kira siapa lagi yang bisa membantuku.
"kring... kring... kring... Patrick dengar aku, ini aku, Spongbob. aku butuh bantuanmu..." suara handphoneku kembali mengagetkanku. Sebuah panggilan lagi yang membuat aku phobia dengan handphoneku sendiri. Segera kulihat nama pemanggil tersebut. Ternyata lagi-lagi ibuku yang menelponku. Segera kureject panggilan itu dan ku non-aktifkan kembali handphoneku. Setelah itu aku tidak pernah mengaktifkan hpku lagi.
Aduh… mama, tidak bisakah kau membiarkanku tenang sedikit saja… hufh…
Sebenarnya selain takut ibuku menghubungiku, aku juga malas mengangkat telepon dari bosku yang kali-kali menanyakan alasan aku berhenti berkerja, padahal sebulumnya sudah sering kukatakan kepada dia bahwa pekerjaan itu terlalu berat untuk aku kerjakan sendiri tapi dia tidak mempedulikanku. Selain bosku juga ada customer atau pun langganan yang masih mengharapkan harga produk dariku.
Seminggu kemudian aku mendapatkan pekerjaan dari teman SMAku dibekasi sebagai sales ditoko kamera. Akhirnya aku pindah disana dengan pekerjaan baru. Rasanya hidupku lebih tenang, aku mau menjauh dari pekerjaan lama, dan jauh dari masalah keluargaku. Rasanya aku seperti hidup sebatang kara tanpa keluarga lagi. Minimal aku seperti terlahir kembali, aku lebih baik tidak punya keluarga saja dari pada ada tapi hanya membuatku repot saja.
Aku bisa hidup sendiri…
Aku akan memulai hidup yang baru…
2 minggu kemudian…
hidupku tenang, aku seperti baru saja keluar dari sebuah ruangan besar yang putih bersih dan terang.
Hatiku damai…
Aku sangat menikmati pekerjaan baruku, teman baruku.
Aku terus serius bekerja walau pun gajinya hanya 1/3 dari gaji lamaku…
Aku memulai lagi dari nol… nol besar.
Tapi ada yang aneh… Belakangan ini, aku sering batuk-batuk kecil. Aku sudah sering minum obat batuk yang teratur sesuai anjuran. Tapi malah batukku tambah parah. Sampai 2minggu ini aku sering batuk bertubi-tubi hingga dadaku sesak dan sakit. Akhirnya aku pun menanyakan ke dokter diklinik terdekat. Sepertinya aku punya penyakit parah, karna setelah meminum obat antibiotik dari dokter batukku tak kunjung sembuh dan malah sebaliknya, bahkan aku menjadi sering demam, Beberapa hari sembuh, beberapa hari lagi demam lagi. Aku tidak bisa bekerja dengan serius lagi, badanku lemah. Akhirnya dokter menyuruhku untuk ronsen dan periksa darah.
Aku tau sepertinya dokter curiga aku punya penyakit parah.
Semua gejala-gejala itu seperti gejala yang terjadi pada kokoku, aku takut tapi tidak tau harus menceritakan kepada siapa. Apakah ini Tumor Paru-paru… yang akan berakhiran dengan kematian.
Aku kembali merenung, ternyata sudah satu bulan aku memnon-aktifkan handphoneku. Aku meng-aktifkan handphone karna ingin menghubungi mama sahabatku yang mengganggapku anak, seolah aku telah terlupa dengan masalah sebelumnya. Tiba-tiba sebuah pesan masuk dari MY DEDEQ, itu adalah pesan adikqu yang berumur 14 tahun dan sudah duduk dibangku smp.
Pesannya berisi…
My dedeq: “hi, ko met mlm? Ckrg lagi paen nieh? Uda plg krj emank??? Cory yach calo uda ganggu…”
Terus aku pun membalasnya:”ngga… uda pulang koq! Dede sehat-sehat aja kan? Mank napa?”
“ga ap-ap coq… cm nny kbr ko n ngobrol ama ko azz wa…
bole ga neech…?? Uda kangen wa,,, hehehe…”
“boleh… hehehe… koq uda lama ga pernah maen facebook atau update status de?”
“mama ga izini de ke warnet wa…
ko, coq uda lma gaa tlf balix nieh?”
“lagi males mau tlep.ntar kalo uda ga malas biasa ko tlep koq.
Kalian bae2 aja kan? Dirumah ga ada masalah kan de?”
“kita si bae2 azz.. tp byk keadaan yg mndesak wa..
akhr-akhir ni mama agk kecewa ama ko wa.. soalnya ko uda brubah,,
ditlf ga angkt n ga mw ngmonk ama mama.. calo ad wktu tlf lah mama…
hibur mama, sprti dulu ko hibur mama!! Ko kan yg paling pndai hibur mama,,
mama byk pkiran wa.. jgn prnah kcewain mama ko… sekeras ap pun sikap ego mama,
tapi semua ne mama lakukan bt anak-anakny..
ingat yach ko calo ad waktu tlf n hibur lah mama...!!”
air mataku tiba-tiba saja mengalir, aku benar-benar sedih dan baru menyadari ternyata selama ini aku sudah mengecewakan mamaku. Pasti dia terus menerus menelfonku selama sebulan ini. Padahal selama ini Cuma aku satu-satunya orang yang bisa menghibur mamaku setiap saat ketika dia sedih dan menangis. Siapakah yang akan menghiburnya ketika aku yang membuat dia menangis?
Lalu, aku membalas kembali sms adikku itu.
“ok! Thx ya uda kasih tau koko. Lu pasti sedih ya dgr mama ngomel mulu?”
“yach… bgtu lah… kita kan tau sikap mama kayak gimana…
Tapi deq malah senank masih ad mama yg marah deq terus2an, calo ga, deq jg ga tw bakal jd apa wa… tapi kadang kesal jg sih… hehehehe ;*) ”
Aku terus menangis karna merasa telah membuat ibuku sedih. Padahal aku tau sudah banyak penderitaan mamaku.
Dimana janjiku kepada kokoku untuk menlanjutkan mimpinya yaitu untuk membahagiakan ibuku? Aku menyesal ibu… maafkan kami anak-anakmu yang selalu membuatmu susah, disaat kamu memperjuangkan kebahagiaan untuk kami.
Tiba-tiba adikku kembali mengirimkan sebuah SMS baru yang berpesan:
“koko… koko masih ingatkan kakek pernah cerita… waktu dulu ketika koko masih bayi, ketika keluarga kita sedang susah dan ada seorang yang kaya yang datang untuk membeli koko bayi, bahkan papa hendak menjual koko karna merasa terlalu banyak anak dan tidak punya uang. Tapi mama malah bela-belain agar papa tidak menjual koko, hingga mama memberikan kalung emas kesayangan dia hasil kerja kerasnya untuk papa jual dan dijadikan duit untuk keperluan sehari-hari waktu itu, bahkan semua saudara kita iri terhadap koko, karna kamu pernah dihargai mama sejak kecil dan dipertahankan. Koko mama sayang kamu…”
aku langsung teringat ketika aku masih SMP ketika kakek menceritakan hal tersebut dan sejak itulah aku memulai menyimpan nomor hp ibuku dengan sebutan The SUPERMAMA is my Superhero di hp jadulku dulu hingga saat ini.
Kenapa aku melupakan pengorbanan ibuku yang begitu besar terhadap hidupku.
Mengapa aku baru sadar saat ini, tiba-tiba aku merasa kangen yang amat besar dengan ibuku.
Aku tidak boleh membiarkan perang dingin ini terus berkepanjangan.
Aku harusnya bersyukur masih punya ibu, Masih banyak teman-temanku yang tak memiliki kasih seorang ibu, aku benar-benar tidak bisa bayangkan kalau-kalau aku tak punya ibu lagi.
Kemanakah aku harus mencari…
Ibu adalah orang pertama yang tidak merasa jijik ketika mencuci tubuh kita disaat kita baru terlahir didunia ini. Dan dia tidak pernah takut untuk mengambil kotoran kita yang berserakan dengan tangannya sendiri bahkan ketika kita dewasa ibu masih melakukan hal seperti itu. Aku ingat ketika kokoku sakit tumor, hingga dia tidak mampu lagi berjalan. Ibuku yang mengendongnya ketoilet. Dan jika kokoku membuang air besar ditempat tidur, mamaku juga yang membersihkan pantatnya dan membersihkan tempat tidurnya hingga kembali bersih. Meski pun kadang sambil ngoceh-ngoceh, tapi dia tetap melakukan semua itu tanpa mengeluh sedikit pun. Aku saja sebagai saudara masih merasa jijik untuk melakukan hal tersebut. Dia yang selalu menyemangati kokoku untuk makan dan minum ketika kokoku sudah tidak memiliki nafsu makan lagi, Ibuku selalu berusaha untuk membuat dia kuat dan bertahan, Dia bisa membuat makanan apa saja yang diminta kokoku.
Meski kadang dia sendiri sering menangis melihat kesakitan kokoku.
Didunia tidak ada seorang pun yang mau merawat kita ketika kita sudah tak berdaya. Tidak itu seorang teman, sahabat, saudara, atau pun orang tua angkat. Hanya seorang ibu yang membesarkan kita. Sudah tak terhitung penderitaan ibuku, sejak dulu dia selalu memimpikan hidup yang lebih baik, keluar dari garis kemiskinan, tapi bahkan kami belum bisa memberikan apa-apa untuk dia. Sungguh tidak pantas bila aku mengecewakan ibu padahal dia dulu sudah banyak memberikan apa yang aku butuhkan.
Jangan sampai ketika kita sehat, kita melupakan dia, pada akhirnya ketika kita terjatuh sakit parah, semuanya kembali kedia, ibu…
Sumber hidup kita…
Harusnya aku bisa menerima semua kelebihan dan kekurangan ibuku…
Didunia ini tidak adalah ibu yang sempurna…
Aku ingat waktu kecil ibuku sering menceritakan kisah nyata orang zaman dulu…
Ibuku selalu mengingatkanku cerita ini…
Pada zaman itu ada seorang anak kecil yang selalu diejek oleh teman-temannya karna ibu anak itu adalah seorang pelacur.
Anak itu selalu malu untuk berjalan dengan ibunya, bahkan malu mengakui ke teman-temannya kalau wanita itu ibunya.
Tapi setelah seorang biksu yang mengenal ibunya ini menjelaskan kepadanya, bahwa ibunya bekerja sebagai pelacur itu adalah untuk membiayai hidup anaknya. Kadang-kadang pelacur bertahan bukan karena itu pilihan… tapi karna dia tak punya pilihan… dan itulah yang terpilih dalam hidupnya. Apa pun itu pekerjaan ibu kita, siapa pun itu, bagaimana pun sifatnya, Dia tetap ibu yang melahirkan dan mencintai kita dengan tulus. Sekali pun dia pelacur atau pun pengemis atau seburuk apapun, Dia tetap lah ibu kita.
Sesungguhnya tidak ada seorang pelacur yang mau anaknya nanti menjadi seperti dirinya… untuk itu mereka berjuang untuk menyekolahkan anaknya supaya nanti mereka berguna…
Mereka melakukan apa yang mereka bisa lakukan untuk membesarkan anaknya.
Bagaimana pun kita tetap harus berkata jika diposisi yang sama: “Pelacur itu… ibuku…”
Demikian pula anak itu berkata ketika temannya mengejeknya dan akhirnya tidak ada lagi yang mengejeknya karena dia sudah tidak malu dan menerima semua kelebihan dan kekurangan ibunya.
Aku tidak bisa bayangan kalau aku sakit nanti tanpa ibu, Pasti ibuku akan kembali menderita lagi. Aku tidak ingin menyakitinya lagi. Jika nanti aku sakit dan akhirnya mati. Aku ingin membuat dia bahagia dan tertawa.
Ibu… mungkin hidup hanya sekali dan tak akan lama, aku berjanji mau sungguh-sungguh berkerja dan tidak banyak mengeluh untuk memberikan ibu masa depan yang baik. Agar ibu tidak susah lagi membayar semua hutang-hutang itu.
Aku tidak mau terlambat seperti yang terjadi pada koko. Aku mau sembuh dan tetap bersamamu…
Aku pasti bisa.
Aku ingin menelfon ibuku untuk mencoba mengucapkan kata maaf. Kata maaf dalam budaya tionghua dalam bahasa hakka kek sungguh sangat susah untuk di ucapkan. Bahkan aku hampir tidak pernah mendengar warga Kek yang ada disekitarku mengucapkan kata maaf kepada sesama warga Kek dikalimantan, selakau. Bahasa hakka kek merupakan satu-satunya bahasa yang sangat kasar diantara bahasa tionghua lainnya, seperti bahasa batak di Indonesia.
Mungkin tidak ada kata maaf dalam bahasa kek, warga-warga hakka kek disana tumbuh dengan bahasa sehari-hari yang kasar, bahkan orang-orang tua disana merasa hal yang biasa, mengunakan bahasa kotor untuk memarahi anak-anak mereka, mungkin mereka kurang menerima logat lembut dilingkungannya, kecuali didalam pendidikan formal disekolah. Bila mereka melakukan kesalahan, paling mereka hanya bisa berkata “Eng ti theu” yang artinya tidak sengaja atau pun kata “Tui Eng Chu” yang berarti merasa tidak enak. Itu pun sangat jarang, kecuali ada yang tersinggung dengan kesalahan orang tersebut dan kecuali orang tersebut tidak mau menyelesaikan kesalahan dengan tindakan kekerasan. Sebenarnya kata minta maaf itu ada, dan pernah kudengar dari orang tua yang amat mahir menguasai bahasa hakka asli. Yaitu kata “Chiang nyian liong” yang terdiri dari 2 kata yaitu Chiang yang berarti Mohon dan Nyian Liong yang berarti Maaf, jadi kedua kata itu digabungan berarti meminta maaf.
Ada satu kata lagi yang paling sulit untuk disampaikan dalam bahasa kek. Kita akan canggung atau pun merasa aneh jika mengucapkan kata itu dalam bahasa kek. Sesulit seperti seorang ibu merasa takut dan kesakitan melahirkankan anak pertamanya. Tetapi setelah itu dia akan merasakan rasa bahagia yang tak terkira. Itu adalah pengungkapan kata aku sayang kamu dalam bahasa kek. Dalam bahasa Indonesia kita tahu kata sayang itu lebih mudah dikatakan dari pada kata cinta dan begitu juga mempraktekannya, kita pasti memulai sayang dulu dan setelah itu baru bisa Cinta. Tetapi kebalikannya dalam bahasa kami, kata ngai Oi nyi(aku cinta kamu) lebih mudah diucapkan dari pada ngai siak nyi(aku sayang kamu). Sebab kata cinta itu berarti komitmen, yang diambil dari kata dasar Oi (cinta) yang sebenarnya berarti Mau.
Jadi kita baru bisa mengucapkan kata sayang setelah kita berkomitmen untuk mau(cinta). Tapi bagi warga tionghua remaja zaman ibuku, mereka tidak mengenal kata cinta karena pada zaman dahulu selain dijodohkan mereka pacaran tanpa mengucapkan kata pengungkapan cinta. Mereka pacaran, menikah lalu mempunyai anak, Begitu seterusnya. Makanya kata SIAK itu sulit untuk dikatakan oleh warga kami. Bahkan remaja hakka kek pada saat ini mengungkap kata cinta mengunakan bahasa Indonesia. Seperti warga Indonesia mengungkapkan kata cinta mereka dengan bahasa inggris agar terkesan lebih romantis.
Padahal sebenarnya jika kita mengungkapkan kata cinta dengan bahasa daerah kita sendiri jauh lebih bermakna dan romantis, karena kata itu memang terlalu sulit untuk dikatakan. Tapi bahkan aku sendiri gengsi untuk mengunakan kata maaf dan cinta dalam bahasa kek.
Hehehehee…
Aku mengambil handphone sambil duduk bersila menghubungin ibuku, aku berpikir pasti dia belum tertidur jam segini, karna biasanya jam seperti ini dia sedang menjaga rental meja bylliardnya dirumah.
Ketika mulai terdengar suara ‘tuut… tuut… tuuut…’ yang berarti panggilan telah tersambung, aku mulai meragu untuk menghubungi ibuku. Karna benakku terus berkata.
Aku harus memulai bicara dari mana…
Bagaimana aku harus mengatakan kata maaf…
Apakah dia akan marah padaku?
Ataukah dia tidak mau mengangkat telfonku seperti aku tidak mau mengangkat telfonnya.
“halo…” tiba-tiba jawaban panggilan itu mengagetkanku.
“halooo…” ulang suara ibuku.
Aku terdiam tak berkutik.
“halooo… halo!” ulangnya sekali lagi
aku masih tidak tahu harus berkata apa, padahal aku yang salah tapi malah aku yang takut untuk memulai berkata.
“poe…”panggilnya.
“iya ma…” jawabku.
“kenapa poe”
“mama belum tidur? Ngapain?”
“belum… lagi jaga byliard. Beberapa hari ini rame. Terus akhirnya mama berhasil kumpulin duit untuk bayar tagihan listrik itu.”
“oh…” jawabku simpel sambil berkata dalam hati, syukurlah…
“mama pikir kamu lagi sakit atau marah ama mama ditlep ga diangkat…”
“kemarin lagi pusing aja, ma” sambil berpikir bagaimana memulai mengucapkan kata maaf. Rasanya sangat gengsi seperti disuruh guru maju kepapan tulis sebagai murid pertama yang membacakan pantun.
“poe udah makan?”
“udah ma… barusan… hmmm… mama sehat-sehat aja kan?” sambil berpikir
“…..hmmm… sehat koq… hmm..” ibuku juga berpikiran kosong, sepertinya ingin menyampaikan sesuatu.
“poe…” lanjut ibuku…
“poe…” ulang ibuku
“iya ma…”
“hmm… uda mamdi belum? Hmm…”
“belum ma… nie lagi mau… poe mandi dulu ya…?” kataku buru-buru karna aku mengurungkan niatku untuk meminta maaf. Ternyata meminta maaf itu sungguh susah. Apalagi mesti minta maaf dalam bahasa daerahku. Tapi nggak apa-apa… toh aku udah telfon ibuku… seorang ibu akan selalu memaafkan anaknya meski kata maaf tanpa terucap dibibir kita. Iya kan? Yang penting aku udah hubungin ibuku.
“oh iya, ya udah!” kata ibuku pasrah, sepertinya masih ada sesuatu yang belum dikatakannya.
Aku sungguh bersyukur telah disadarkan oleh pesan adikku itu.
Ternyata masih banyak kelebihan ibuku yang bisa kubanggakan…
Ibuku adalah wanita yang suka berdandan dan shopping karna dia adalah wanita yang paling cantik sedunia untukku…
Dia memang bawel tapi dia adalah orang nomor satu yang akan selalu memperhatikanku.
Dia memang keras kepala tetapi kekerasan itu membuat dia punya pendirian yang sangat kuat.
Dia bisa melakukan banyak hal… dia itu berani…
Meski pun sejak 10tahun yang lalu ketika ayahku meninggal, ibuku tidak pernah memiliki pekerjaan yang tetap karna usaha salonnya sepi dan menjahit baju tidak lagi laku dipasaran. Tapi dia tetap bisa membesarkan kami sampai saat ini. Hanya dengan menjadi pembantu rumah tangga cadangan dirumah teman2nya yang kaya ketika pembantunya sedang mudik, atau menjadi pembantu yang membantu merawat dan melayani orang baru melahirkan selama kontrak habis(kontrak biasanya hanya 1bulan), atau menjadi koki diacara pernikahan-pernikahan dikampungku.
Karna masakan mamaku memang paling enak sejagad raya…
Kami tumbuh tanpa pernah kelaparan… meski pun kadang sayur kami apa adanya, tapi kalau ibuku yang masak pasti enaknya luar biasa.
Ah… tiba-tiba aku juga jadi kangen dengan masakan ibuku…
My mom is everything…
My supermama is a superhero…
Tiba-tiba handphoneku kembali mendapatkan panggilan dari dokter yang kemarin aku kunjungi dan dia berkata, “ menurut hasil Ronsen dan test darah kemarin, ternyata kamu hanya batuk biasa yang disebabkan panas dalam yang terlalu parah, pikiran yang terlalu berat dan kelelahan fisik. Jadi saya sarankan sebaiknya untuk meneruskan obat antibiotiknya sampai sembuh dan mengkonsumsi makanan yang sehat dan istirahat yang cukup dan teratur”
“itu aja dokter?” kataku girang hampir tak percaya. Ternyata selama ini aku terlalu negative thinking terhadap kesehatanku.
“iya… karna tidak ada flek apa-apa dibagian paru-paru atau bagian lainnya, tapi kalau kamu terus membiarkannya penyakit kamu bisa tambah parah dan berkemungkinan kanker loe…”
“ok.. terima kasih dokter, aku mau sembuh buat ibuku… besok aku akan segera ambil obat dokter”
aku tau sakit ini adalah peringatan Tuhan untukku bahwa aku tidak bisa hidup sendiri tanpa keluarga saat ini.
ternyata… hidup itu indah kawan… kalo kita benar-benar bersyukur dengan apa dan siapa yang kita miliki hari ini. Terimakasih Tuhan… terima kasih mama… terima kasih koko… terima kasih dede…
dan untuk semua yang telah memberikanku hari ini…
aku segera menelfon ibuku kembali… tanpa rasa ragu-ragu lagi aku berkata,
“ma… Chiang nyian liong poe ya? Karna kemarin udah marah-marah.”
“ga usah dipikirin… emank kamu udah mandi?”
“belum…, hahahaha… (aku dan ibuku tertawa terbahak-bahak, lalu aku berhenti tertawa dan mencoba serius kembali) mama ngai SIAK nyi…”
“apa…?”
“ngai Siak nyie….”
“aPAAA??!!!” teriak ibuku sepertinya mengejek.
“enggak ah…”
“mama saranghaeo juga poe… hehehe…”kata ibuku dalam bahasa korea yang berarti mama cinta kamu juga poe.
“ih… mama bisa bahasa korea juga skrg…”tanyaku senang setelah mendengarnya, karna selama ini aku tidak pernah mendengarkan kata cinta dari ibuku selama 20tahun ini, atau pun sebaliknya.
“iya donk… temen-temen mama kan banyak yang dari korea,… terus kemarin mama dibeliin tas dari korea, bagus deh…” mamaku mulai memamerkannya.
“di beliin atau beli sendiri…”
“hehehe…”
“oh ya… tadi mama kayaknya mau ngomonk sesuatu… ada apa ma?”
“tapi kamu jangan marah ya…?”
“kenapa? Minta duit lagi ya?”
“iya… hehehe… 200.000 aja… lagi perlu nie… please…”
“okelah… tar ditransfer.” Mukaku yg tadi tersenyum menjadi sedikit cemberut,
tapi didalam lubuk hatiku yang paling dalam aku bahagia tak terkira setelah mengucapkan kata SIAK(sayang) itu… perasaan yang sangat menyenangkan seperti baru saja mempunyai adik baru…
Hehehe…
Meski pun ibuku tak pernah berubah… tapi itulah dia yang aku SIAK…
Lebih dari cinta apapun didunia ini.
***HAPPY ENDING***