“aku sudah tidak sanggup lagi melihatmu begini menderita… aku ingin mati saja…”
Pikir seorang remaja laki-laki berwajah oriental itu duduk disamping tempat tidur seorang pasien yang sedang berbaring lemah dalam kamar ICU, dari raut wajahnya tersirat kesedihan yang amat sangat mendalam.
Sesekali air matanya masih menetes setelah berlinang penuh dikelopak matanya yang sipit. Pipinya yang sedikit chubby terlihat masih basah, ingusnya pun sesekali naik turun seiring isakannya. Tetesan infuse menetes seiring berjalannya detik jam dinding yang bergantung didinding putih itu. Matanya bengkak dan berlingkaran hitam dibawahnya. Sepertinya dia sudah beberapa malam tidak tidur karena menjaga orang itu.
“papa… sudah tiga bulan papa berbaring seperti ini… kapan papa akan bangun? Kapan papa akan sembuh? Jangan membuat kami menunggu terlalu lama…”kata laki-laki itu lirih.
“papa tau…kakak tiap pagi pergi kegereja untuk mendoakan papa… mama seperti orang gila terus-terus berbicara sendiri dan melipat bintang kertas untuk memohon harapan… aku tiap hari bernyanyi untuk papa, mama tiap malam berdonggeng untuk papa, kakak mondar-mondir mengurus perobatan terbaik papa… apakah papa tidak bisa melihat dan mengerti… kami ingin papa cepat sembuh…” teriak laki-laki itu terbawa emosi.
Sejenak dia berhenti berbicara karena melihat papanya masih berbaring diam seperti mayat dan berpikir,
‘sepertinya percuma aku terus berbicara dengannya… dia masih koma…aku percaya dia pasti akan sembuh… cepatlah sembuh papa… kami semua menunggumu… selalu menunggumu… meskipun aku tidak tahu kapan hari itu datang…’
Laki-laki itu segera bangun dari kursinya, lalu menaikan tempat tidur papanya dibagian depan sehingga badan papanya sedikit terangkat seperti posisi duduk.
“ayo papa… saatnya bangun, papa pasti cape berbaring terus… minum sedikit ya pa? supaya bibir papa tidak kering…”kata laki-laki itu sambil mencelupkan jari telunjuknya kedalam air putih didalam gelas yang dipegangnya, lalu pelan-pelan dia membasahi bibir papanya yang kering itu dengan sentuhan lembut jari telunjuknya, Berulang-ulang kali hingga beberapa tetes masuk kedalam mulut papanya, dia melakukannya setiap pagi seperti jam saat ini.
Tiba-tiba dia mendengar suara beberapa orang tertawa dan berbisik kecil dengan raut muka mengejek, kemudian laki-laki itu menatap kearah orang-orang itu disebalik kaca luar ruangan itu, membuat dia emosi dan melemparkan gelas itu kekaca pintu itu hingga gelas itu terjatuh kelantai dan pecah, sehingga membuat orang-orang itu kaget dan berlari. Dia teringat beberapa waktu itu juga ada beberapa orang yang menertawainya ketika dia mendorong tubuh papanya yang koma dengan kursi roda, karena pada saat itu laki-laki itu bernyanyi dan berbicara sendiri seperti berbicara dengan patung.
Dia menjadi sangat marah dan emosi… dia menangis… lalu berkata,
“papa lihat sendirikan?vito sudah seperti orang gila… semua orang menertawakan kita… vito benar-benar tidak sanggup melihat ayah seperti ini…” teriak laki-laki yang bernama Vito itu lalu dia mengambil sebuah kayu dari meja dihadapannya. Dia menghantamkan kayu kecil itu kebarang-barang yang terpanjang diatas lemari itu, kepiring2 plastic dan beberapa buah-an segar yang ada dimeja samping ayahnya, dan menghantam kayunya ke kain gorden dan kebeberapa barang yang bisa menjadi pelampiasan emosinya yang tertahan.
lalu kembali berteriak, “aku sudah tidak sanggup papa… rasanya aku ingin mati saja dari pada melihatmu begitu menderita, kenapa harus papa??? Kenapa ini terjadi papa…kita sudah tidak peduli kehilangan rumah, perusahaan dan semuanya papa… kita selalu berusaha memberikan obat terbaik demi kesembuhan papa… tapi kenapa papa tidak mau sembuh? Papa, Vito harus bagaimana?” teriak Vito sendiri seperti orang gila sambil sesekali kembali menghantam barang-barang diruang ICU itu. Sehingga membuat semua barang-barang terjatuh dan berserakan dilantai.
Vito mendekati baringan papanya dan memegang tangan ayahnya dan dipukulkan tangan itu kewajahnya sendiri, “pukullah aku papa, pukul aku… jika itu bisa membuatmu bangun aku rela dipukul dan melakukan apa saja untukmu…” kembali vito melepaskan tangan ayahnya dan terisak menangis.
Sepertinya ia sangat kesal sekali… “ArkkkkKKKK!!!!!!” dia berteriak sangat keras sekali dan kembali memukul meja, lalu parcel-parcel, bunga dan bahkan makanan dia sendiri yang belum sempat ia makan. Lalu dia berjalan menuju pintu keluar membawa kayu itu dan berhenti sejenak untuk membalikan badan dan melihat tubuh ayahnya, sehingga membuat air matanya semakin deras mengalir, “sumpah aku tidak sanggup melihatnya… lebih baik aku mati…”. Lalu Vito berjalan keluar dan menuju keteras depan dilantai paling tinggi dirumah sakit itu.
Dimata papanya yang berbaring lemah mulai meneteskan air mata, bibirnya mulai bergetar tapi tidak sanggup mengeluarkan kata, jari-jarinya sedikit bergerak, sepertinya ia mendengar semua yang diucapkan anaknya. Namun tubuhnya masih terlalu lemah untuk memberikan tanda-tanda kehidupan. Oleh karena itu dia hanya bisa bersedih dan meneteskan air mata dengan mata terpenjam, meskipun dalam pandangannya gelap tapi dia bisa melihat semua ruangan itu dengan telinganya. Dia juga ingin merasakan kesembuhan secepatnya, Namun apa daya…
***
Tampak vito duduk dipinggiran gedung itu sambil menatap langit sore… langit sore yang mendung… menatapnya saja membuat hati resah dan gelisah, apalagi jika sedang bersedih. Vito duduk ditepi teras rumah sakit yang sangat tinggi, maka jika dia bergeser sedikit bisa membuat dia terjatuh dan mati dari ketinggian 7 lantai. Gedung-gedung tinggi dan awan-awan kecil ada dihadapan pandangannya. Vito melamun sambil memeluk sebuah tongkat kayu, dia kembali mengenang masa-masa kebersamaan keluarganya bersama ayahnya ketika sehat dan didalam hatinya berkata,
“Dulu aku memiliki segalanya… semua sepertinya berjalan mulus… namun entah kenapa? Semua menjadi seperti ini? Papa koma, perusahaannya juga bangkrut, penyakitku ga bisa sembuh bahkan rumah kami pun sebentar lagi akan disita… aku tidak sanggup melihat semua itu? haruskah aku melompat kebawah dan semuanya selesai dengan Sad Ending?”
***
Flashback
3 bulan sebelumnya...
To be continue...
Note: teman-teman ini cerita Novel saya yang kedua ya, judulnya Triangle Love it's about comedy love story... jangan lupa baca lanjutanya ya? klik disini --> "DERMAGA".
Oh ya,,, baca juga Novel Pertama saya, judulnya
The Neighbour
open The door if you dare
and discover the secret
Sipnosis
Cerita ini bukan berawal dari sebuah dongeng…
Bukan juga sebuah lagenda…
Tapi sebuah sejarah yang pernah ada…
Sejarah yang sudah menjadi mitos…
Mitos yang ditakuti oleh semua siswa disekolah itu…
It’s a True Story…
Berawal dari kenakalan siswa yang bernama Xmon,
dengan obsesinya yang besar untuk melihat hantu,
Dia mencoba membuka sumur angker yang sudah ditutup sejak 20 tahun yang lalu
dan masuk kekelas kosong yang dilarang dalam mitos.
Hingga suatu ketika…
hantu-hantu dalam imajinasinya menjadi benar-benar ada dan menerornya…
apakah yang sebenarnya terjadi dengan Xmon hingga dia terus-terusan dihantui keluarga aneh disebelah rumahnya?
Anda akan menemukan cerita kocak persahabatan, percintaan, budaya Tionghua, broken home hingga teror-teror yang membuat imajinasi anda ikut bermain…
Temukan jawabannya dalam rumah kosong itu,
Beranikah anda membuka pintunya dan menemukan jawaban akhirnya?
note: dapatkan segera novelnya!!!
bisa pesan online lewat penerbitnya disini
http://www.leutikaprio.com/produk/10041/novel/1108232/the_neighbour/11071821/poe_edyson
atau hubungi kontak dibawah ini
081388042525
Thanx all...
moga terhibur dan menginspirasi...
3 komentar:
Triangle love ini novelnya dah terbit??
Ko, gemana awal cerita papa na vito bisa koma ?
Masa sampai makan sate ajjee, truz koma na karna apa donk ??
kamu kan seorang novelis, apa ngga ada rencana buat crta ttg smash :P .. hehee .. tpi aku ykin dehh,, yg beli pasti banyak banget .. ampe laku keluar negri :D
Posting Komentar