note: ini kisah lanjutan
"KOMA" atau episode 2 dari NOVEL TERBARU karya Poe Edyson.
yang belum baca episode pertama silahkan cek postingan sebelumnya atau klik
disini!
Ditepi
sungai yang tenang angin bertiup lembut, burung-burung bersenandung ria dengan
kicauan-kicauan kecil yang menyenangkan, pohon-pohon segar berayun-ayun. Hmm…
indahnya alam membuat mereka melupakan pelajaran-pelajaran sekolah.
Anzlic
merendamkan ujung kakinya kedalam air sungai dari dermaga kayu itu, menyusul
Vito juga menenggelamkan kedua kakinya. Duduklah mereka berdua diatas dermaga
yang disampingnya ada sebuah tiang kayu yang tinggi dan ujungnya bergantung
lampu lentera yang masih menyala. Suara aliran sungai mengalir indah seperti
perasaan mereka yang sedang terbawa bahagia. Mereka banyak mengobrol dan saling
bertatapan, tetapi beberapa kali suara lompatan ikan kecil mengalihkan
perhatian mereka. Gadis berketurunan indo itu menyandarkan bahunya kesebelah
bahu vito yang terlihat kurus, vito membelai rambut ikal itu sambil menatap
kagum dari wajahnya yang cantik hingga badan seksinya dengan mengenakan gaun
berwarna merah muda sambil angannya berbisik
Oh
Tuhan… dia cantik sekali hari ini… dia manis.
Anzlic…
nama gadis lembut ini sudah satu tahun menjalin hubungan dengan Vito setelah
bertemu diacara ulang tahun kakaknya Vito. Namun sebenarnya mereka pernah satu sekolah
ketika SMP dulu, tapi tidak pernah berbicara. Tapi karena ulah kakaknya setahun
yang lalu sebagai mak comblang, akhirnya sekarang mereka akrab dan dekat sekali
layaknya sepasang kekasih seperti yang lainnya. Wajar saja Vito mau menerima
perjodohan itu, karena Anzlic memiliki sepasang mata yang indah, bibir penuh
yang seksi, selain itu dia juga memiliki sepasang kaki yang panjang dan mulus
seperti boneka Barbie. Maka jika Anzlic berdiri dia seperti seorang supermodel
dengan tubuh yang sexy. Pastinya bukan hanya karena cantik dari luar saja yang
Vito kagumi, sifat Anzlic yang sangat dewasa dan perhatian membuat Vito menjadi
manja setiap didekatnya.
“sungai
ini pasti akan menjadi saksi kita ya sampai kita menikah nanti…” cerita Anzlic.
“hah?
Menikah?” Tanya Vito.
“iya…
suatu hari nantikan kita pasti akan menikah… jadi tidak salah kan kalau kita memikirnya?”
“hmm…
aku belum memikir sejauh itu…”
“loh
tidak apa-apa… aku benar-benar sayang sama kamu, bahkan tidak ingin kehilangan
kamu. Aku ingin kita pacaran sampai kita merried…” jelas Anzlic.
Vito
hanya tersenyum menatap sungai seolah tidak tahu bagaimana memberikan jawaban
yang tepat, meski cintanya sudah amat dalam kepadanya lebih dari apapun, tapi
mungkin dia tidak pernah berpikir sejauh itu atau mungkin dia belum mengerti
banyak soal itu.
“kenapa
koq hanya senyum aja?” Tanya Anzlic sambil mengenggam tangan Vito untuk
memberikan keyakinan bahwa cinta yang digenggam ditangan Vito adalah cinta
sejatinya.
“hehehe…(Vito
cengar-cengir lalu menatap serius kepada wajah anzlic yang bulat) aku setuju…!”
“promise
me?” Anzlic mengangkat jari kelingking pada tangan sebelahnya dan Vito
mengikati jari kelingkingnya menjadi satu dengannya.
“setelah
menikah kamu ingin punya anak berapa say…?” Tanya Anzlic kembali
“hmm… 8
cukup say?” Vito menjawab dengan nada meledek.
“Hah???
Cape dunk aku ngelahirinya?”
“iya…
dan kedelapan-kedelapannya itu harus cewe semua… hahahaha…”
“emank
kucing?” Anzlic pura-pura cemberut.
“hehehe…
ngga koq! Satu juga boleh, yang penting cewek ya?” senyum Vito.
“kenapa
harus cewek?”
“sebab
Nenekku sangat ingin cucu cewek, tapi cucu cewek dia satu-satunya meninggal
gara-gara kecelakaan. Selain itu dia juga ga punya anak cewek.”
“oh
kasihan ya dia…”
“aku
bawa sesuatu buat kamu… pejamin mata kamu dulu!” perintah Vito membuat Anzlic
penasaran dan segera memejamkan matanya.
“tapi
kamu jangan membuka mata sampai aku kembali ya…” kata Vito lalu segera berlari
disepanjang dermaga itu menuju kemobilnya dan mengambil sesuatu dari dalam.
“kamu
ga akan mendorong aku kesungaikan Vit? Vito… Vito dimana kamu?” kata Anzlic dan
merasa sepi, sepertinya dia merasakan kekasihnya tidak ada didekatnya lalu
pelan-pelan ia memulai membuka sedikit demi sedikit matanya itu dan melihat
sinar matahari dari pancaran air sungai begitu menyilaukan matanya. Lalu Ia
melihat sebuah boneka Barbie yang indah didepannya matanya, boneka itu masih
dalam genggaman tangan laki-laki kurus itu, ia menyerahkan sambil tersenyum
lebar, wajah Vito terlihat manis karena sepasang lesung pipi begitu dalam
menghiasinya ketika ia tersenyum.
“Surprize…”
seru Vito menyerahkan boneka kesukaan Anzlic.
“Wah…
ini Boneka Barbie seri terbaru ya? Koq kamu bisa dapatin boneka indah ini? Bajunya
cantik sekali” Tanya pecinta boneka Barbie itu dengan bangga.
“Aku
tau banyak soal seri Barbie dari majalah yang ada di dalam mobil kamu minggu
lalu!”
“memang
sudah ada di Indonesia? Kan belum pernah lauching…”
“seri
ini tidak akan lauching diIndo, soalnya limited edition. Jadi cuma ada satu di
seluruh dunia?”
“Oh ya…
pasti mahal sekali… OMG…”
“tidak
seberapa koq… itu special loe aku bela-belain pesan buat kamu.”
“kamu
pasti pesan langsung dari Italy ya? Atau USA?”
“bukan…”
“Hmm… aku tau ini pasti dari France… or rancangan
designer Rapunzel production dari Singapure may be? Wow… u are really
amazing,,” puji Anzlic.
“Dari perusahaan papa…” Gubrak.
“WhAts???” Tanya Anzlic sambil memasang muka aneh.
“tapi itu aku yang Design, Zlic. Terus dibikin deh
sama papa… Hahahahaa…” kata Vito sambil tertawa terpingkal-pingkal sehingga
membuat Anzlic ikut tertawa.
“oh ya
zlic, abis dari sini nanti kamu ikut papa dan mama aku makan sate langganan
kita ya”
“dimana?”
“ada
deh… pokoknya kamu ikut aja! Dijamin enak! Hehehehe…”
Mereka duduk
berdua di ujung dermaga dan terus mengobrol hingga sore hari dan menikmati
sunset lalu tidak lama kemudian mereka meninggalkan dermaga itu.
Sore menjelang malam itu, Papa dan
mama mereka hadir ditengah-tengah meja makan disebuah teras makan kaki lima,
ditepi kota Tua itu ada sebuah gerobak sate abang-abang yang sate kambingnya
terkenal dikota itu. Memang setiap malam tempat sederhana itu dikunjungi oleh
banyak pengunjung. Itulah tempat makan favorit ayah Vito. Kira-kira 2 minggu
sekali mereka makan disini. Papa dan mamanya duduk berdampingan, sedangkan
kakaknya marsya duduk berdampingan dengan Bryan, pacar Marsya yang bertubuh
atletis dan tinggi karena bekerja di Fitness center sebagai menager, sedangkan
Vito disamping Anzlic pastinya.
Sambil mengobrol mereka menikmati
sate kambing yang baru saja dihidangkan dengan begitu lahap, sepertinya sate
itu memang sangat lezat rasanya, Bahkan papanya sudah tiga kali tambah. Ketika
papanya baru selesai makan ada seorang pengamen datang membawa gitar, pengamen
dengan suara yang fals dan tidak jelas bernyanyi dimeja-meja pengunjung
lainnya, ketika pengamen itu menghampiri meja mereka, ayah Vito segera meminjam
gitar pengamen dengan memberikan beberapa lembar uang dan menyuruhnya kembali
beberapa saat lagi.
“melihat
kalian sebahagia ini, membuat papa teringat kepada masa muda papa… papa mau
nyanyi lagu favorite papa waktu dulu naksir berat sama mama kalian…” Jelas
papanya.
“papa
kalian dulu orangnya romantic loh…” kata mama membuat semua tersenyum.
“jangan
Om… jangan…” kata Bryan.
“loh???
kenapa jangan?” Tanya Marsya.
“jangan
ragu-ragu maksudnya. Hahahaha…”
“lagu
apa tuh om?” Tanya Anzlic ikut semangat.
“Marsya
tau… ‘Laguku’ ciptaan ungu kan?” kata Marsya yakin, sedangkan Vito yang juga
tau judul lagu tersebut tapi dia hanya terdiam dan tersenyum-senyum saja
melihat suasana kebahagiaan mereka dipinggir jalan itu.
“hahahaha…
iya pintar…” kata papanya lalu mulai memetik senar gitar dan memulai intro awal.
Jreng…
jreng… (petikan gitar lembut)
Semua
menyambut lagu itu dengan senyuman lembut dan tawa-tawa kecil disertai tepukan
tangan.
Mungkinkah kau tau…
Rasa cinta yang kini membara
Yang masih tersimpan dalam lubuk jiwa…
Ingin kunyatakan lewat kata yang mesra untukmu
Namun ku tak kuasa untuk melakukannya
Reff:
Mungkin hanya lewat lagu ini
Akan kunyatakan rasa
Cintaku padamu, rinduku pada
Tak bertepi…
Mungkin hanya sebuah lagu ini
Yang slalu akan kunyanyikan
Sebagai tanda betapa ku ingin kamu…
Suara
bass yang sangat khas itu keluar dari mulut seorang bapak yang sudah berumur
dan masih terdengar sangat merdu, bukan karena suaranya yang bagus, tapi karena
dia menyanyikan lagu itu dengan perasaan yang mendalam terhadap istri
tercintanya.
Mereka
semua terhanyut dengan lagu tua itu sambil menatap ekspresi wajah papa Vito
yang sangat serius dalam menghayati satu persatu-satu lirik lagu tersebut,
bahkan sesekali mata direktur perusahaan boneka itu menatap mata sang istri
lalu memejamkan matanya saat meneriakkan suara tinggi seperti benar-benar dari
hati. Sedangkan Vito terus sibuk menatap wajah lembut sang ibunya yang sudah sedikit
mengkerut itu, wajahnya tersipu malu tapi matanya berlinang air mata. Vito tahu
mamanya sangat menyukai lagu itu, karena setiap kali keluarga mereka berkumpul
diruang karaoke dirumahnya, papa dan mamanya pasti menyanyikan lagu itu dengan
gaya duet mereka. Selain itu lagu tersebut pernah menyisakan banyak kenangan
dan arti-arti yang tak dapat orang lain mengerti selain yang merasakan.
Ooo…
Mungkin hanya lewat lagu ini akan kunyatakan rasa
Cintaku padamu… rinduku padamu…tak bertepi…
Mungkin hanya sebuah lagu ini, yang slalu akan
kunyanyikan
Sebagai tanda betapa ku ingin kamu…
Meja-meja
makan sekeliling mereka mulai kosong, malam mulai semakin larut dan jalanan pun
mulai sepi. Sang abang sate sedang sibuk membereskan peralatan dan gerobak
satenya, sepertinya satenya pun sudah terjual habis dan yang masih terlihat
hanya 6 orang dimeja itu. Mereka mengobrol, bercanda dan sesekali
terpingkal-pingkal mendengar cerita mama Vito tentang papanya ketika muda.
Mereka hangat dan dekat sekali seperti satu keluarga besar, bahkan Anzlic dan
Bryan saja sudah sejak lama bisa terbuka dan akrab dengan orang tua Vito dan
Marsya.
Biarlah
mereka terus tertawa dimalam yang dingin itu, sinar sang bulan purnama akan
menerangi malam mereka…
Hingga
mereka lelah dan menghilang dari pinggiran jalan yang harusnya sunyi jikalau
tanpa mereka.
***
Marsya merebahkan tubuhnya yang
terasa begitu berat ke ranjang springbednya yang berwarna putih bersih dengan
mata yang begitu memaksanya untuk terpejam, disusul oleh adiknya, Vito
menjatuhkan tubuhnya dengan begitu kencang sehingga springbed itu menciptakan
gelombang yang membuat Marsya kaget dan membuka mata.
“ngapain
loe kekamar kakak?” Tanya Marsya dengan suara yang mengantuk.
“Vito
mau curhat kak…” jawab Vito yang selalu curhat jika mempunyai masalah atau
hal-hal yang ingin dia tanyakan soal wanita, maka itu dia pasti akan mencari
kakaknya ini.
“hemm…”jawab
kakaknya lemes.
“kakak
tau ga? Tadi siang… Anzlic cantik banget ketika dia bersandar dibahu Vito. Dia
terlihat anggun dengan gaun pinknya. Dia mengenggam tangan vito kak… dan dia
bilang… tau ga dia bilang apa? Dia bilang ingin menikah denganku kak, ingin punya
anak, ingin punya rumah. Dan lucunya… katanya rumah itu mau diwarnain pink dan
didalamnya dengan colourful yang cerah seperti rumah boneka Barbie
kesayangannya. Hahahahaha…. Kadang-kadang dia terlihat dewasa, kadang-kadang
dia juga terlihat seperti anak-anak ya? Terus kita membayangkan kita menikah
seperti kisah cinderela… Hahahahaha… happy Ending deh! Hahahaha… so sweet kan
kak? Kak Marsya? Loh? Koq diam? …?” cerita Vito berhenti ketika dia sadar
mendengar sesuatu dari sebelahnya dan menolehnya.
Zzz…
Zzz… Zzz… suara dengkuran kakaknya semakin lama semakin kencang membuat Vito
kesal sehingga dia melemparkan boneka beruang yang berukuran lumayan besar itu
kewajah kakaknya sambil berkata,
“sialan
loe kak ga mau dengerin kisah romantic gw…”
Marsya
sepertinya masih sadar, dan memperlihatkan sedikit cengirnya itu,”hehehe…”
“nyesel
loe ntar… awas aja!” ledek Vito.
Zzz…
Zzz… Zzz… zZZZ… suara dengkuran itu semakin kencang.
Vito
mengangkat badannya dengan wajah cemberut sambil memikirkan wajah pacarnya tadi
siang lalu ia kembali tersenyum-senyum sendiri.
Hufh…
jatuh cinta… berjuta rasanya…
Minggu pagi yang cerah kembali
datang… sinar mentari menyinari hingga menembus masuk kekamar dan ranjang
Marsya. Tubuh yang tinggi dan sexy itu masih berbaring malas diranjangnya,
selimut berantakan itu hanya menyelimuti bagian kepala dan punggungnya, kedua
kaki mulus dan panjang itu terlihat begitu putih apalagi diterangi sinar
mentari. Sebelah tangannya yang panjang juga terlihat memeluk batal guling
berwarna putih itu. Sungguh tidak adil selimut itu hanya menutupi sebelah
tangannya dan mukanya.
Dor…
dor… Dooor… suara ketukan pintu didepan kamarnya terdengar kecil.
Kreekk…
pintu itu terbuka lalu masuk Bryan dengan pakaian rapi dan membawa seikat bunga
mawar. Memang pacarnya yang satu ini suka bertingkah romantic terhadap Marsya.
Hmm…
sepertinya dia ingin memberikan kejutan kepada sang kekasih. Ia mendekati
ranjangnya pelan-pelan, lalu ia menaruh bunga itu didekat tangannya itu, ia
mulai menyentuh sepasang kaki yang mengenakan celana yang amat pendek lalu
pelan-pelan merangkul tubuhnya dan memeluknya dan membisikkan lembut sebuah
kata,
“selamat
pagi cintaku…”
“Bryan…!”
panggil Marsya dari belakang, ia berdiri didepan pintu toilet kamarnya dengan
piyama putih dan rambutnya dibalut dengan handuk karena masih basah.
“Marsya???”
kata Bryan kaget dan salah tingkah, “jadi ini siapa???”
Vito
yang semalam tertidur dikamar kakaknya itu sebenarnya sadar bahwa ada seseorang
yang menyentuhnya, tapi dia hanya terdiam membiarkannya. Mungkin dia memang
sengaja ingin mengerjain calon kakak iparnya itu. Vito ikut kebingungan ketika
ia ingin membuka selimut dari wajahnya, tapi dengan cepat Bryan membuka
selimuti itu dari kepala Vito.
“Vito…!!!”
teriak Bryan.
“hehehehe…”
Vito hanya cengar-cengir dengan wajah yang pura-pura bodoh.
“ya
ampun… kakak minta maaf, kirain kak Marsya tadi…”
“hahahaha…”
Marsya tertawa terpingkal-pingkal melihat ekspresi wajah Bryan yang salah
memeluk orang.
“abis
badan Vito benar-benar kayak cewek gitu. Badannya kecil gitu. Hahahaha...”
alasan Bryan.
“hehehehe…
^.^ ga apa-apa koq! Hehehe…. Jadi kakak biasa begitu kalau bangunin kak Marsya?
Hmm… bangun Ah!” kata Vito beranjak dari ranjang itu lalu melanjutkan katanya,
“mau aduin kepapa ah cara kakak Bryan bangunin kak Marsya. Hahahaha…”
“Vito…
vito… tunggu… jangan…” cegah Bryan tersipu malu.
“Jangan
ragu-ragu maksudnya? Hahahaha…” teriak Vito dari luar kamar kakaknya.
“udah…
biarin… sono tunggu dimeja makan aja! Aku mau ganti baju dulu…” saran Marsya
membuat Bryan keluar kamar.
***
Sarapan pagi kembali mempersatukan
mereka diruang makan, seperti biasanya setelah mereka selesai mandi dan
siap-siap melakukan aktivitas mereka. Papa mereka duduk dibagian depan
menghadap semua orang dan sedang serius menikmati sarapan pagi.
“Om…
rapi amat om? Hari minggu masih kekantor?” Tanya Bryan kaget melihat papa
pacarnya tidak tampil seperti hari minggu biasanya, hari ini dia memakai kemeja
putih dan berdasi merah dengan jas hitam dibelakang kursinya.
“iya…
om harus menyelesaikan banyak tugas dikantor.” Kata papanya sambil mengunyah
nasi dimulutnya.
“oh…
pusing juga ya jadi direktur. Hahahaha…”
“iya…
jangan pikir jadi direktur itu enak, tanggung jawab dan resikonya juga besar,
jika om satu minggu aja ya tidak kekantor, bisa-bisa pekerjaan saya jadi
berantakan. Hahahaha…”
“hahahaha…”
tawa Bryan terhenti melihat Vito duduk didepannya.
“Vito,
kamu belum mandi?” Tanya papanya.
“belum
pa, hari ini Vito ga kemana-mana koq!” jawab Vito.
“meski
begitu tetap harus mandi, mandi pagi itu sehat Vit”
“kamu
koq pake celana kakak kamu to?” Tanya mamanya.
“hehehehe…
iya semalem kecapean, abis pulangnya kemalaman jadi Vito tidurnya dikamar
kakak.”
Begitu
Marsya duduk dikursi samping Bryan itu, ia langsung meminum jus jeruk yang ada
dimeja itu.
“kakak…
jahat loe ya ga dengarin kisah gw semalem.” Kata Vito.
“sorry…
abis kakak kecapean… ngantuk berat… hehehe…” jelas kakaknya.
“yeah…
alesan…” bantah Vito.
“abis…
cerita kamu basi sih Vit, kakak uda bosan dengar cerita kamu, ga romantic juga
dipaksa-paksain romantic. Kan kakak ama kak Bryan paling romantic didunia ini
setelah papa dan mama. Hahahaha…”
“Marsya…
udah beresin sarapannya.” Perintah mamanya.
“Vito
aduin kepapa nieh soal kak Bryan!” kata Vito meledek.
“aduin
apa?” Tanya mamanya.
Kaki
Bryan secepatnya menginjak kaki Marsya memberi tanda-tanda.
“apa?”
Tanya papanya serius.
“Pa…
tau ga?...” kata Vito terputus karena suara deringan hp papanya begitu kencang.
Kring,,,
kring,,, kring,,,
Lalu,
ayahnya pun meminum habis air putih digelasnya dan menjawab panggilan itu.
“hallo…” sapa papanya.
“…”
suara dari balik telpon tidak terdengar.
“iya
selamat pagi?”
“…”
“iya,
dengan saya sendiri.”
“…”
“oh…
maaf, dari mana? Iya! Iya…”
“…”
“Oh…
penawaran kerja sama dari pabrik kapas? Baik… baik… bisa langsung hubungin
manager saya, pak!”
“…”
“iya,
kebetulan kekantor hari ini, oh mau ketemu saya langsung?”
“…”
“sebentar…”
kata papa Vito lalu menjauhkan ponselnya dari bibirnya dan berkata kepada
mereka,
“maaf…
om berangkat dulu ya Bryan. Ya Vito, kita sambung nanti vit, oh ya nanti malam
ada yang pengen papa sampaikan sama Vito. Ok?” kata ayahnya sambil mencium pipi
istri tercintanya dan melanjutkan pembicaraan diponselnya sambil sebelah
tangannya memegang jas hitamnya dan tas laptopnya.
“halo,
iya? Bisa… bisa…! Saya akan segera sampai kekantor. Ok!”
“…”
“Ok…
terima kasih juga…”
“…”
“pagi…”
To be continue...
Note: teman-teman ini cerita Novel saya yang kedua ya, judulnya "Triangle
Love" it's about comedy love story... jangan lupa koment dan tunggu lanjutanya ya?
akan segera diupload.
Oh ya,,, baca juga Novel Pertama saya, judulnya
The Neighbour
open The door if you dare
and discover the secret
Sipnosis
Cerita ini bukan berawal dari sebuah dongeng…
Bukan juga sebuah lagenda…
Tapi sebuah sejarah yang pernah ada…
Sejarah yang sudah menjadi mitos…
Mitos yang ditakuti oleh semua siswa disekolah itu…
It’s a True Story…
Berawal dari kenakalan siswa yang bernama Xmon,
dengan obsesinya yang besar untuk melihat hantu,
Dia mencoba membuka sumur angker yang sudah ditutup sejak 20 tahun yang lalu
dan masuk kekelas kosong yang dilarang dalam mitos.
Hingga suatu ketika…
hantu-hantu dalam imajinasinya menjadi benar-benar ada dan menerornya…
apakah yang sebenarnya terjadi dengan Xmon hingga dia terus-terusan dihantui keluarga aneh disebelah rumahnya?
Anda akan menemukan cerita kocak persahabatan, percintaan, budaya
Tionghua, broken home hingga teror-teror yang membuat imajinasi anda
ikut bermain…
Temukan jawabannya dalam rumah kosong itu,
Beranikah anda membuka pintunya dan menemukan jawaban akhirnya?
note: dapatkan segera novelnya!!!
bisa pesan online lewat penerbitnya disini
http://www.leutikaprio.com/produk/10041/novel/1108232/the_neighbour/11071821/poe_edyson
atau hubungi kontak dibawah ini
081388042525
Thanx all...
moga terhibur dan menginspirasi...